Monday, December 16, 2013

What The Fuck Is Megalomania PART 4




Selamat siang sobat blogger...
Masih bahas tentang megalomania nih...
Tadi malam aku masih iseng cari - cari artikel tentang megalomania karna rasa penasaranku belum hilang soal ini. Seperti yang aku bilang megalomania ini ada di diriku juga dan yang lebih bikin aku terkejut adalah saat megalomania dikategorikan sebagai gangguan jiwa ringan. Aku sakit jiwa? Benarkah? Dan tadi malam aku barusan ngomong soal ini ke mamaku, dan aku cerita pengalamanku kenapa aku bisa sampai menjadi megalomania. Hal - hal yang mama gak ketahui sebelumnya dan kebiasaan - kebiasaanku dari aku kecil pun aku cerita ke mama. Mungkin itu baru pertama kalinya mama dengerin dan tahu suatu hal yang mama tidak ketahui sebelumnya (tidak bisa aku sebutkan disini saat ini) dan lama - kelamaan hal itu berkembang terus - menerus tanpa ada yang memahami dan mengerti aku, dan tidak diberikan pertolongongan sejak awal. Akhirnya mama ngusulin aku untuk pergi ke psikolog dan terapi. Tapi entah kapan mau dimulai. Soalnya papa belum tahu soal ini dan kalau aku ceritain pasti papa akan beranggapan kalau aku ini hanya mengarang - ngarang cerita dan hanya cari perhatian. Pernah sih kemaren siang aku nawarin papa untuk baca blogku, aku pengen papa tahu tanpa harus aku yang kasih tahu dan ngomong ke papa, aku pengen beliau tahu lewat tulisan - tulisanku diblog. Kata mama, aku sebagai orang psikologi seharusnya bisa mencegah hal ini dari awal. Tapi aku bilang ke mama, orang psikologi juga manusia. Ada masanya dimana mereka tak bisa mengandle masalah mereka sendiri, ada masanya juga mereka butuh didengarkan tidak hanya mendengarkan orang lain saja. Justru karna aku orang psikologi aku merasakan ada kelainan yang ada pada diriku dan aku tahu soal ini dari materi kuliah yang pernah diberikan 4 tahun silam (yang tidak sengaja terbaca lagi olehku) dan akhirnya sekarang aku mencari - cari sendiri informasi tentang ini.

Megalomania adalah suatu gejala saraf, yakni gangguan pada fungsi kehendak. Penderita megalomania tak bisa mengendalikan keinginan atau kehendaknya. Ia selalu memuji-muji dirinya, biasanya dalam soal-soal non materi (perbuatan, misalnya), karena sulit dicek kebenarannya. Ia mengaku-aku telah melakukan sesuatu, ini itu, padahal kenyataannya tidak. Pendeknya, ia berkhayal. Selain itu, penderita megalomania juga tak bisa menghargai orang lain dan jerih payah mereka. Ia tak mau menerima ide dari orang lain (atau anak buahnya jika ia seorang bos) meskipun ide itu bagus. Ia selalu meremehkan, merendahkan, melecehkan orang lain dan menganggap dirinyalah yang paling benar, bagus dan pintar. Ia suka berlaku kasar dan mengeluarkan kata-kata yang tak pantas seperti "dasar goblog!", ""tolol", "IQ jongkok", dan semacamnya. Sukses yang dicapainya dianggap hasil kerjanya sendiri, bukan hasil kerja tim. Orang-orang yang mengaku Ratu Adil atau manusia sempurna adalah penderita megalomania. Megalomania disebabkan oleh, antara lain, keluarga yang terlalu khawatir akan segala sesuatu. Selain itu juga karena semenjak kecil ia sudah mendapat pujian yang berlebih-lebihan dari orang tuanya; atau sebaliknya, tak pernah mendapatkan pujian sama sekali sehingga ia tumbuh menjadi individu yang haus pujian dan ingin mendapatkan pengakuan dari orang lain dengan memuji-muji dirinya sendiri secara berlebihan. Dengan demikian, penderita megalomania mempunyai kepribadian yang tidak matang (dewasa). Ia tak pernah mau menerima dirinya apa adanya alias tak mau melihat kenyataan, apalagi berpijak di atasnya. Ia berkhayal dan hidup di dunia khayalannya itu. Megalomania ada dua macam, yang ringan dan yang berat. Untuk yang ringan, apa yang ia katakan masih ada kaitannya dengan kenyataan walaupun sedikit, sedangkan yang berat, sama sekali ia sudah hidup di dunia khayalannya sendiri. Tentu saja penderita megalomania tak disukai karena jelas ia tak bisa dipercaya, membuat kesal, mengada-ada, akhirnya mengacaukan segalanya. Ia akan dicemooh dan dijauhi oleh orang- orang di sekitarnya atau teman- temannya. Pendeknya, merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, agar bisa sembuh, diperlukan campur tangan (bantuan) orang lain dengan cara shock theraphy. Jika ia mulai bicara, tegurlah langsung. Hadapkan ia pada kenyataan. Selain itu juga bisa dengan psikoterapi. Biasanya penyembuhannya memakan waktu lama mengingat megalomania terbentuk sejak usia dini. Jika ia masih remaja, proses penyembuhannya akan lebih cepat; tapi kalau ia sudah dewasa atau bahkan tua, akan memakan waktu yang jauh lebih lama. Yang jelas hal ini tak bisa dibiarkan karena kalau dibiarkan akan menyebabkan ia tak mengenal dirinya sendiri ( http://id.shvoong.com/social- ) .



 

No comments:

Post a Comment

AWAL MUA GUE SUKA BIGBANG

Selamat siang gaeees selamat berhari minggu. Udah 1 bulan gue gak update kayaknya belum istiqomah sama niat nih wakakakak sebentar muncul s...